Live Like a Probolinggoers


Hujan udah berhenti, udah tidur pula, Kak Naqiba belum juga dateng. Dan parahnya doi bilang, “kan engga minta ditungguin”, senyumin aja udah hmmm. Karena sudah hampir sore dan dua keluarga mau ngumpul untuk makan malam, akhirnya saya dan Kak Lim memutuskan untuk segera pergi keluar. Sok banget tahu jalan, padahal cuma berbekal google maps, eh tapi pede tuh harus kalau memang mau live like a Probolinggoers.

Pemberhentian berikutnya adalah RM. Sumber Hidup, rumah makan yang terkenal dengan es krimnya yang enak itu. Hal pertama yang bikin ketawa adalah kelewatan tempatnya sampai harus muter-muter buat balik lagi. Yang kedua, disangka mau ngehadirin acara nikahan dan dikasih tahu kalau menu Chinesenya udah pada abis, mentang-mentang yang nyetir Kak Lim haha. Dan yang ketiga, karena disuruh parkir di tengah-tengah jalanan. Sampai sekarang masih gagal paham asli, nggak ada polisi dan nggak ada yang protes juga dengan parkir yang mengambil lahan untuk berkendara itu. Kebayang aja kalau di Jakarta parkir kayak gitu, mobil udah diderek kali ya, eh.

Niatnya sih mau ke Beejay, tapi karena sunsetnya sudah lewat maka beralih muter-muter Probolinggo. Mulai dari mampir ke minimarket cuma buat beli air mineral, nanya toko oleh-oleh di mana, sampai akhirnya muterin alun-alun Probolinggo dua kali hanya karena toko oleh-oleh nggak ketemu dan memang mau nge-igstories.

Hal yang menyenangkan selama keliling itu adalah ketemu masyarakat sekitar yang ramah, nggak ketemu macet dan yang paling penting Probolinggo itu kota kecil yang hanya punya satu KFC bisa begitu mudah dihapal jalanannya. Kalau kata Onty Indrak mah lurus aja lurus nggak ada belok-belok. Probolinggo di malam hari itu sunyi dan jalanannya masih kurang penerangan. Jadi, nggak perlu ngebut!

Akhirnya setelah kehabisan uwang haha. Kembalilah ke rumah sang empunya acara. For the first time, ketemu Kak Naqiba. Di luar ekspektasi sih, Kak Naqib tidak seperti apa yang selama ini dikhawatirkan grup hesemeleh itu. Permasalahan berikutnya yang terjadi adalah keinginan untuk videocall tapi sinyal nggak memadai. Yang berakhir dengan saya yang harus merelakan kuota habis hanya dalam waktu semalam untuk tethering, makanya gengsss pake dong te*ko*sel.

Dikira udah malem banget, eh ternyata masih jam 9. Entah cuma perasaan saya aja atau nggak, di Probolinggo itu, waktu nggak bisa banget untuk diperkirakan. Yang dikira udah malem banget, ternyata masih sore, yang dikira masih pagi banget, ternyata udah siang. Mungkin salah satu faktornya karena di sana masih sepi dan minim sinyal (?)

Setelah beres-beres untuk pulang besok dan termenung ngeliat kenapa bawaan jadi banyak, ada yang nyeletuk pengen yang kriuk-kriuk. Maka diputuskanlah untuk delivery K*C. Eh baru juga mau nelpon, yang punya rumah nawarin untuk makan malem. Makaaaaaa, berakhirlah kami di dapur dan ribet milih mau makan apa. Karena mikir si mbak manten udah tidur, yaudah aja gitu makan sambil ngobrol dan nyantai, berasa rumah sendiri, eh tiba-tiba,

“Loh arek-arek, kalian makan di mana?”

Dan tadaaaaaa, Onty, shock mendapati kami makan beralaskan lantai dan di dapur.

“Heh, kalian loh tak tungguin, tak kira makan di kamar. Kok ya malah ndlosor di sini. Astagfirullah haha. Duh rek, tamu-tamuku ki loh, kokyo ngene temen.”

Mau ketawa, tapi harus ditahan karena kalau sampai keselek, pedesnya itu soto dan rawon akan bikin tenggorokan sakit berhari-hari. Karena emang nggak tahu mau makan di mana—secara semua tempat penuh makanan buat besok, dan nggak mungkin untuk makan di kamar, maka kami memutuskan untuk makan di dapur saja. Toh dapurnya bersih dan kami nggak mempermasalahkan jika harus duduk di lantai. Maka berakhirlah kami makan di dapur, ini kudu diingat sepanjang hayat sih!

“Loh kenapa toh? Lagian sampeyan dikira wes lelap malah ke sini lagi tuh ya ngapain”

“Aku loh nungguin kalian di kamar, tapi kok nggak ada, yo aku bingung kalian makan di mana. Eh malah di sini”

Emang mental ibu-ibu yang bertanggung jawab kali ya, habis makan yo beresin dapur dan nyuci piring. Tapi lebih tepatnya mental tamu yang tahu diri kayaknya sih. Masuk kamar lagi, dikira udahan gitu istirahat, eh masih aja diskusi mau mesen k*c. Bolak-balik nelpon tapi nggak jadi-jadi, dan memang kayaknya nggak direstuin semesta buat makan lagi, delivery-nya sudah tutup. Maka berakhirlah hari dengan tidur~

Cerita selanjutnya di sini


No comments

Post a Comment

© Hujan Mimpi
NA