"Kak, lanjutin lagi dong kisah Rasi dkk. Gemes gitu masa akhirnya ngegantung...." -tertanda, pembaca-pembaca yang menggemaskan- *pict source: Fauzia Irva |
Setelah beberapa waktu lalu pernah nulis tentang Elegi Renjana part. 1 di sini, maka sekarang saya akan kembali bercerita lagi. Oke-oke, tenang dulu, saya ingat punya janji untuk menuliskan lagi tentang kelanjutan Elegi Renjana. Bukan kelanjutan bukan, tenang saja, ini hanya sepenggal cerita tentang mereka yang memang kembali dihadirkan karena penulisnya rindu. Secandu itu memang menulis tentang mereka.
Belakangan ini, memang cukup banyak teman-teman yang meminta saya melanjutkan kembali kisah Rasi dkk. Katanya menggantung, padahal saya nggak menggantungkan apa-apa. Atau jangan-jangan yang bilang begitu sudah terbiasa digantung, ya? Eh kalem dong, saya bercanda hehe.
Jujur saja, sejak awal menuliskan Elegi Renjana saya tak pernah sedikit pun berencana akan menjadikannya dwilogi atau trilogi. Intinya tak pernah terlintas pikiran untuk menjadikannya kisah berseri. Karena sungguh, menuliskan kisah mereka menguras emosi saya dengan teramat, sekaligus mengorek beberapa kenangan saya pribadi.
Jadi Elegi Renjana itu kisah nyata? Haha santai, semua juga nampaknya paham betul bahwa apa yang dituliskan tak sedikit yang merupakan curhatan, pengalaman pribadi, atau bahkan apa yang diharapkan bisa terjadi. Dan, ya, Elegi Renjana adalah sebagian kisah dan kenangan saya, meski tak semuanya betul-betul seperti apa yang terjadi. Gih, silakan menebak-nebak saja~
Semula saya bersikukuh enggan kembali mengisahkan mereka. Karena buat apa? Toh buat saya kisahnya sudah cukup berakhir seperti itu saja. Tapi nyatanya, apresiasi teman-teman jauh lebih besar dari perkiraan saya.
Saya tahu betul, bahwa saya bukan novelis sewaktu menuliskan Elegi Renjana. Saya hanya seseorang yang terbiasa menuliskan rasa pada sebuah prosa. Bukan menggabungkan rasa menjadi kisah cerita. Oleh karenanya juga saya sadar, Elegi Renjana masih jauh dari kata sempurna, tak apa, karya itu bertumbuh, kan?
Dan lagi-lagi alasan terkuat saya kembali mengisahkan Rasi dkk, selain karena rindu adalah karena saya tak sampai hati membiarkan kalian terjebak dalam keisengan saya di akhir cerita Elegi Renjana. Hahaha maafkan untuk akhir yang katanya menggantung, padahal saya sudah berusaha segamblang mungkin memberikan kejelasan untuk kalian.
Dan terima kasih karena kegigihan teman-teman yang meminta saya kembali berkisah itulah yang akhirnya membuat saya luluh. Iya saya bersedia kembali bercerita. Namun saya tak yakin untuk menjadikannya sebuah buku. Maka dari itu, saya memilih Wattpad untuk kembali mengisahkannya.
Kenapa bukan langsung menjadi buku? Begini teman, sejak awal saya bilang bahwa saya akan kembali bercerita tentang Rasi dkk tapi bukan melanjutkan kisah di bukunya. Jadi bisa saja ini hanya sepenggal kisah yang berakhir singkat atau mungkin bisa jadi ini adalah .... ah lebih asyik jika nanti kamu baca saja ya.
Dan tunggu dulu, jangan terlalu banyak berkekspektasi ini akan menjelma novel lanjutan, karena sungguh saya belum meminta izin untuk kembali bercerita tentang mereka pada masing-masing tokohnya. Juga ternyata, saya belum sanggup untuk kembali membongkar kenangan yang akan menguras begitu banyak emosi sepanjang kepenulisannya. Yang sudah baca Elegi Renjana mungkin bisa paham seperti apa emosi saya kala itu~~~
Hmmm.... Iya, iya, sudah dulu, saya sudah posting banyak tentang mereka di Wattpad, untuk yang belum dikisahkan, sabar dulu ada hati yang harus disiapkan soalnya. Tenang saja, Rasi dkk akan selalu menyapamu. Tidak ada hari khusus untuk saya memposting Keping Ingatan. Karena lagi-lagi saya senang jika hadir tiba-tiba. Jadi, nantikan saja ya! Makanya follow dulu Wattpad saya: @stefanibella19
No comments
Post a Comment