Elegi Renjana dan Kisahnya || Part 1

e180f5a3-cca4-4aeb-8544-3fe065d882a7
"Dibikin film dong, Kak!" - teman netizenku -
*pict source: Fauzia Irva

Dari awal saya menulis di Tumblr, seluruh apresiasi yang teman-teman berikan buat saya sudah selaiknya suntikan semangat yang tak pernah ada habisnya. Sekaligus doa-doa baik yang diterbangkan ke semesta, yang kian lama kian banyak dan akhirnya bisa didengar oleh-Nya. Dulu saya tak pernah percaya bisa menerbitkan buku dari tulisan-tulisan (random) saya. Tapi karena ucapan baik kalian, kini sudah ada 5 buku saya yang bertengger di toko buku seluruh Indonesia (semoga terus bertambah ya hehe).

Senang bisa sampai di titik ini? Tentu saja, terlebih setiap mendengar cerita kalian seusai menyelesaikan buku saya. Ada banyak rasa syukur yang saya haturkan pada-Nya dan tak sedikit apresiasi itu kerap membuat saya berkaca-kaca. Kritik dan saran--bahkan selipan curhat kalian--selalu saya baca dan perhatikan baik-baik untuk membuat saya terus bisa lebih membaikkan.

Nah, belakangan ini, sejak Elegi Renjana resmi beredar dan diadopsi oleh teman-teman. Saya sering mendapat DM pun komentar tentang memvisualisasikan Elegi Renjana menjadi film. Reaksi saya? Jangan lagi ditanya seperti apa, tentu saja tersenyum dan meng-aamiin-kannya.

Saya rasa, banyak penulis yang ingin sekali karyanya divisualisasikan--saya tak bilang semua penulis ya. Begitu juga dengan saya yang pasti terbersit keinginan itu. Namun, di setiap kesempatan temu dengan teman-teman, saya hanya selalu bisa berkata, "Mohon doa terbaiknya saja yaa!"

Karena ya kembali lagi, kita tak pernah tahu jalan seperti apa yang sedang Tuhan siapkan. Yang saya pahami, Tuhan selalu memberikan apa yang kita butuhkan--bukan apa yang kita inginkan--di saat yang tepat. Saya ingin, tapi saya juga mengerti bahwa perjalanannya tak semudah kedipan mata. Ada banyak sekali pertimbangan yang harus benar-benar dipikirkan.

Mulai dari, siapkah saya sendiri menjadikannya benar-benar nyata? Sudahkah saya ingin berbagi dalam ranah perasaan yang lebih besar? Siapkah saya mendengar komentar teman-teman jika sesudah menontonnya? Sanggupkah saya memenuhi ekspektasi saya sendiri atau ekspektasi teman-teman? Apakah imajinasi saya pun teman-teman, takkan terpatahkan justru film hanya akan membatasi imajinasi saja? Sebesar apa respon baiknya nanti?

Banyak, banyak sekali pertanyaan terkait hal-hal seperti itu di diri saya sendiri. Berlebihan dan terlalu jauh? Iya memang. Karena saya terlalu pemikir dalam beberapa hal yang menurut saya cukup krusial. Visualisasi Elegi Renjana salah satunya.

Kalau saya boleh berkata dan semoga tak menyalahi apa pun, sejujurnya doa teman-teman sudah mulai didengar oleh semesta-Nya. *Bentar, saya mellow sedikit nulis bagian ini haha.*

Jadi, Elegi Renjana, si biru yang umurnya baru 3-4 bulan itu memang sudah sempat bersinggungan dengan hal "itu". Jeder, berita baru yakan haha! jangan kaget oke?! Kamu mungkin orang ke-sekian yang tahu, karena ya sudah ada beberapa orang yang tahu tentang ini--tentunya bukan melalui saya langsung yang berucap hehe.

Karena saya ini sebenarnya tak suka menceritakan apa-apa yang belum pasti, tapi beberapa orang sudah membocorkannya. Iya saya tahu itu niat baik untuk semakin banyak yang mendoakan, tapi ah sudahlah mari kembali fokus bercerita.

Jangan ditanya kelanjutannya seperti apa, biarkan hal itu sementara ini menjadi milik saya dan beberapa pihak yang terlibat lebih dulu. Jika ada berita lain, saya pasti akan selalu ceritakan pada kalian. Percaya dengan hal itu, kan? Sekali lagi, jangan berharap terlalu banyak. Cukup doakan saja untuk semua hal yang terbaik!

Keinginan kita pasti sejalan untuk Elegi Renjana. Karena rasanya masih sedikit film yang booming menceritakan dan mengangkat kisah tentang persahabatan belakangan ini. Dalam cakupan persahabatan yang jumlahnya lebih dari satu, pun begitu kental unsur kekeluargaan dan persahabatannya. Kalem, ini opini saya saja ya, teman.

Saya pribadi, masih belum tahu kisah Elegi Renjana akan sejauh apa berkembangnya. Baik di benak saya atau juga di benak kalian, sekaligus dalam jalan-Nya. Hanya saja saya terus percaya, doa baik kalian, apresiasi teman-teman, semua perasaan saya ketika menuliskannya, hingga kerja keras banyak pihak dalam penggarapan bukunya akan selalu dibalas dengan hal-hal baik dan terbaik. Apa pun itu.

Eh kok tulisan saya sudah panjang? Keasyikan pasti, enaknya mengakhiri ini dengan apa ya? Ah pokoknya terima kasih teman untuk dukungan dan begitu banyak doa serta ceritanya selama ini! Dan juga, mari dibawa santai saja semuanya. Doakan terus, agar segala hal terbaik datang di waktu yang tepat.

Ingin saya tak muluk, saya hanya terus berdoa semoga semua pesan yang coba saya sisipkan di Elegi Renjana bisa sampai pada teman-teman dengan tepat. Semoga Elegi Renjana semakin banyak diadopsi dan menyentuh relung-relung mereka yang kerap menyembunyikan perasaan. Menghangatkan persahabatan teman-teman kembali. Mengingatkan siapa pun yang ingin berontak bahwa penolakan tak selamanya harus dengan hal negatif pun kekerasan. Dan menguatkan siapa pun yang sedang menjalani pilihan terberat di hidupnya.

Oh ya, tentang permintaan kalian untuk lanjutan Elegi Renjana pun kisah sebenarnya di balik Elegi Renjana akan saya kisahkan dalam part-part berikutnya saja ya?! Jangan buru-buru, saya sedang harus menuntaskan beberapa deadline lagi soalnya haha.

Jangan lupa, yang belum adopsi Elegi Renjana lekas ke toko buku terdekat di kotamu. Adopsi dan jadikan ia teman baikmu. Jika sudah selesai membaca, boleh tag atau mention saya mengenai kritik pun ulasannya. Sebab saya sangat menghargai dan bahagia dengan apresiasi itu. Jadi, sampai berjumpa di curhatan saya berikutnya hehe!

No comments

Post a Comment

© Hujan Mimpi
NA