Umur bukanlah sebatas angka yang bertambah setiap tahunnya. Umur bukan pula hal yang dirutuki sebab kau tahu napasmu kian berkurang waktunya. Umur tak bisa menjadi acuan kedewasaan seseorang dalam bersikap, bertindak maupun melakukan pilihan. Umur memang tak bisa menjadi tolok ukur sebuah perbuatan. Itu pula sebabnya mengapa umur tak bisa menjadi dasar untukmu memberikan penilaian terhadap orang lain terkait baik-buruk atau benar-salahnya sesuatu hal.
Sebut saja ketika seseorang meluapkan rasa marah atau kecewanya dengan meninggalkan orang-orang yang saat itu sedang berhadapan dengannya, bukan berarti dia kekanakan. Bukan berarti dia tak dewasa sehingga memilih kabur padahal tahu ada masalah yang belum usai. Aku bukan sedang membenarkan sikap tersebut, tapi kau cukuplah mengerti untuk tidak langsung menilai hal tersebut sebagai sikap kekanakan.
Sikap dan sifat seseorang terbentuk dari lingkungan seperti apa yang membangunnya, dari pelajaran apa saja yang telah dia ambil semasa hidupnya. Kau tahu hidup penuh dengan pelajaran, anggaplah dia masih belajar untuk mendewasa dengan cara yang saat ini dia ketahui. Bila memang apa yang dia lakukan adalah hal yang tak sepantasnya dilakukan ‘orang dewasa’, biarkan saja hingga ia tenang. Lantas setelahnya dekati dia dan berikan pemahaman dengan cara yang mudah untuk dia pahami.
Bukan malah men-judge dia masih anak-anak karena melakukan hal-hal itu. Kau seharusnya paham betul, judgmental akan melekat pada alam bawah sadar seseorang ketika terus-menerus diucapkan.
Tak semua hal tidak baik bisa kau sebut sebagai sikap kekanakan. Memangnya anak-anak hanya memiliki sikap negatif saja? Begini, dewasa memang perlu untuk dimiliki seiring waktu yang berputar di hidupmu. Tapi, ada beberapa sikap dan sifat anak-anak yang perlu kau tanam dan kembangkan di hidupmu meski menua sudah mutlak milikmu saat ini dan keesokan hari.
Semisalnya saja, anak-anak mendo'akan temannya bahkan orang lain yang tak dia kenal, tanpa mengenal pamrih sama sekali. Mereka berdo'a semata karena mereka tahu, saat tak ada hal yang bisa dilakukan untuk membantu, setidaknya do'a sudah lebih dari cukup. Mereka berdo'a tanpa berharap esok akan mendapat balasan yang setimpal atas apa yang mereka do'akan di hari ini.
Itu terkait dengan mendo'akan, satu contoh yang kiranya sering kita abaikan karena terlalu disibukkan dengan rutinitas pekerjaan yang tidak ada habisnya. Lalu bagaimana dengan kebiasaan anak-anak ketika membantu temannya ataupun membantu sesama? Memberi tanpa tedeng aling-aling sedikit pun.
Bisa pahami apa pelajaran yang dapat kau ambil lagi setelahnya? Bila belum, mungkin kiranya kau perlu menyelami sikap dan sifat anak-anak lagi sebelum akhirnya memutuskan untuk tumbuh dan mendewasa, bahkan memberikan penilaian atas sikap atau pilihan hidup orang lain.
Tak ada yang salah bila kiranya kita memang harus kembali pada masa kanak-kanak kita;mengenang. Entah dengan menggali memori di benak. Entah dengan langsung berinteraksi dengan mereka–anak-anak.
Agar kita cukup mengerti bahwa semua hal tak baik yang diselesaikan dengan cara instan bukanlah sikap kekanakan. Mengertilah, kita tumbuh dan mendewasa karena lingkungan yang membuat kita beradaptasi. Mengertilah bahwa hidup sejatinya selalu memberikan pelajaran.
Mendewasalah dengan sikap baik anak-anak yang lekat pada pribadimu, sebab You Only Live Once :)))
No comments
Post a Comment